Template Information

Labels

Racun Tertua yang Membuktikan Peradaban Kuno Mulai 20 Ribu Tahun Lebih Cepat

Oleh Stephanie Pappas, Penulis Senior LiveScience | LiveScience.com

Zaman Besi di Afrika ternyata mulai lebih cepat dari yang sebelumnya diperkirakan, yaitu sekitar 20 ribu tahun lebih dulu.

Analisis terbaru dari artifak di sebuah gua di Afrika Selatan menunjukkan bahwa orang-orang yang tinggal di sana sudah memahat peralatan dari tulang, menggunakan pigmen, manik, dan menggunakan racun 44 ribu tahun lalu. Jenis-jenis artefak serupa sebelumnya dihubungkan ke budaya San, yang diperkirakan muncul 20 ribu tahun lalu.

"Penelitian kami membuktikan bahwa Zaman Besi terakhir muncul di Afrika Selatan lebih cepat dari yang awalnya dipercaya, dan muncul bersamaan dengan keberadaan manusia modern di Eropa," kata peneliti Paola Villa, kurator di University of Colorado Museum of Natural History, dalam sebuah pernyataan.

Zaman Besi terakhir di Afrika muncul di saat bersamaan dengan Periode Paleolitikum Awal di Eropa, saat manusia modern pindah ke Eropa dari Afrika dan bertemu Neanderthal sekitar 45 ribu tahun lalu.

"Perbedaan dalam teknologi dan budaya antara dua daerah ini sangat berbeda, ini menunjukkan bahwa orang-orang dari dua kawasan berbeda ini mengambil jalur yang sangat berbeda dan berujung pada evolusi teknologi serta peradaban," kata Villa.

Jejak budaya

Jejak-jejak peradaban di Afrika sudah ditemukan berusia 80 ribu tahun, tapi fragmen-fragmen ini -- alat terbuat dari tulang, manik yang dipahat -- menghilang dari dokumentasi arkeologi 60 ribu tahun.

Bahkan, hampir tidak ada rekaman sejarah akan apa yang terjadi di Afrika bagian selatan antara 40 ribu-20 ribu tahun lalu, tulis Villa dan kolega-koleganya menulis online di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences (30 Juli). Kesenjangan ini membuatnya sulit menghubungkan antara masyarakat Zaman Batu-pertengahan dan yang datang sesudahnya.

Teknologi terbaru dalam penanggalan yang dibawa para peneliti ini berasal dari temuan di gua di perbatasan antara Afrika Selatan dan Swaziland bernama Border Cave (Gua Perbatasan). Mereka menemukan bahwa artifak-artifak di gua ini lebih tua dari yang sebelumnya diperkirakan.



Manik-manik dari cangkang telur burung unta, tulang berujung tajam yang digunakan untuk mata panah, dan tulang berukir adalah beberapa fragmen yang berusia lebih tua daripada budaya San. Satu alat panjang dari tulang didekorasi dengan potongan spiral yang kemudian diisi pigmen tanah liat merah. Satu set taring babi hutan menunjukkan bukti-bukti kerikan dan asahan. Tulang-tulang lain dihias dengan titik-titik, seperti digunakan untuk menghitung sesuatu.

Manik-manik lain yang ditemukan juga sengaja dihitamkan oleh api, satu berasal dari 38 ribu tahun lalu. Sepotong kayu bolong dan batu berusia 35 ribu tahun lalu. Alat itu rupanya digunakan untuk menggali tanah dan larva rayap.

Racun tertua
Para peneliti ini juga menemukan segumpal lilin lebah (beeswax) dicampur oleh resin racun yang biasa ditempel di ujung panah atau tombak. Beeswax itu diperkirakan berasal dari 35 ribu tahun lalu, menjadikannya beeswax tertua yang digunakan sebagai alat.

Mereka juga menemukan tongkat kayu tipis yang penuh dengan goresan. Analisis kimia menunjukkan jejak asam ricinoleic, racun alami yang ditemukan di kacang castor. Tampaknya tongkat ini adalah aplikator untuk mengoles racun di panah atau mata tombak, lapor para arkeolog.

Dengan usia 20 ribu tahun, aplikator ini adalah tanda pertama penggunaan racun yang pernah ditemukan.

"Ujung tipis tulang dari Zaman Batu awal di Gua Perbatasan adalah bukti penggunaan busur dan panah," kata Villa. Pada masa prasejarah, penggunaan busur dan panah dengan racun di ujung adalah cara untuk membunuh herbivora berukuran sedang dan besar.

Penanggalan itu membantu mengisi kekosongan dalam peradaban manusia, kata peneliti Lucinda Backwell, ahli paleoantropologi di University of the Witwatersrand di Afrika Selatan.

"Penanggalan serta analisis materi arkeologi yang ditemukan di Gua Perbatasan di Afrika Selatan sudah menunjukkan bahwa banyak elemen materi budaya yang menjadi karakter kehidupan kelompok berburu-meramu, bagian dari teknologi dan budaya penghuni situs ini 44 ribu tahun lalu," kata Backwell.

Sangat mungkin bahwa teknologi-teknologi ini muncul 50 ribu sampai 60 ribu tahun lalu di Afrika dan kemudian menyebar ke Eropa, kata Villa.

Kawah Meteor Besar Ditemukan di Arktik Kanada

Oleh Megan Gannon, Editor Berita | LiveScience.com

Para peneliti di Arktik barat Kanada menemukan bukti sebuah kawah yang terbentuk saat meteor besar menghantam Bumi jutaan tahun lalu.



Formasi itu berukuran panjang 25 km dan dinamai kawah Pangeran Albert, seperti nama tanjung tempat kawah tersebut ditemukan. Para ilmuwan tidak tahu tepatnya kawah itu terbentuk, namun bukti-bukti menunjukkan kawah tersebut berusia antara 130-350 juta tahun menurut pernyataan dari University of Saskatchewan.

Meteor adalah pecahan asteroid atau komet yang memasuki atmosfer Bumi dengan kecepatan tinggi. Kebanyakan meteor berukuran kecil, ada yang sekecil bulir pasir, namun mereka hancur di udara. Sangat jarang ada meteor yang cukup besar masuk ke permukaan Bumi. Saat meteor menghantam Bumi, ia disebut meteorit.

Tim ahli geologi menemukan kawah meteor tersebut saat mengidentifikasi kawasan tersebut akan tanda-tanda sumber daya energi atau mineral. Awalnya, mereka tertarik melihat bentuk tangga curam di celah-celah sungai dan berbagai fitur lain di tundra datar Pulau Victoria bagian barat laut.

"Kecuali Anda melihat petunjuk, Anda tidak akan sadar apa bentuk yang sedang dilihat," kata peneliti Brian Pratt dalam pernyataan. "Mungkin Anda melihat sekumpulan batu dan berpikir bagaimana bisa sampai sana, namun kami menemukan tumpukan pecahan batu kerucut."

Pecahan batu kerucut atau shatter cones memiliki permukaan dengan pola bergelombang khas yang diketahui berasal dari dampak dahsyatnya tabrakan meteor atau dari ledakan nuklir bawah tanah. Selain itu, Pratt bilang, petanya menunjukkan bentuk lingkaran, karakteristik dampak kawah bekas tabrakan.

"Kawah bekas tabrakan seperti ini memberi petunjuk bagaimana lapisan Bumi mendaurulang dan kecepatan erosi, dan mungkin saja terpengaruh saat ada kepunahan massal hewan-hewan pada sejarah geologi," kata Pratt. "Ini penemuan yang menarik."

Ada sekitar 180 kawah bekas tabrakan meteor yang ada di dunia. Ahli geologi berpikir bahwa mereka akan menemukan banyak lagi kawah seperti ini jika saja perpindahan plat, aktivitas vulkanik, dan erosi tidak menyembunyikan bukti-bukti kuno ini.

Awal musim panas ini, para peneliti di Greenland mendokumentasikan kawah meteor tertua dan terluas yang pernah ditemukan di Bumi. Kawah tersebut, diperkirakan berusia 3 miliar tahun, memiliki lebar 100 km. Namun para peneliti percaya bahwa sebelum terjadi erosi, kawah tersebut sempat mencapai lebar 500 km -- jauh lebih besar dari kawah terbesar yang berusia 2 miliar tahun, kawah Vredefort di Afrika Selatan, dengan lebar 300 km.

Ponsel Lokal, Desain "Interlokal"


Diam-diam kebutuhan pengguna ponsel lokal telah beranjak dari yang sekadar memerlukan fitur telekomunikasi suara dan SMS ke akses internet walaupun sebatas untuk berjejaring sosial. Di sisi lain, produsen ponsel lokal pun mulai memperhatikan user interface untuk mengajak penggunanya merasakan pengalaman baru, khususnya menggunakan layar sentuh. Setelah beberapa hal ini, apakah cukup?

Bagi MitoMobile tidak. Faktor bentuk dan desain tetap unsur penting. Sebab, produk ponsel kini telah menjadi produk konsumsi yang membutuhkan sentuhan khusus sehingga kelihatan berkelas, lux, untuk siapapun penggunanya. Jika berani menawarkan dengan harga yang kompetitif dan terjangkau untuk kalangan pemula, maka sebarannya kian lebar. Pada ujungnya, citra produk berkelas itu akan tertanam pada si pembuatnya.

Di sela penjualan ponsel yang terus bersaing, Mito Mobile menggagas perpaduan konsep yang berdasarkan kebutuhan pengguna tadi. Seri 6100 dengan dimensi diagonal layar 3,7 inci hadir sebagai pilihan. Dengan layar yang dominan, sekaligus mengefisiensi tombol. Bahkan tombol untuk pemotretan pun sudah "dipindahkan" ke layar. Kecuali tombol pengaturan volume.Sepintas mirip sekali dengan ponsel-ponsel Android, lagi pula juga tipis.

Mito Mobile cukup kreatif merancang screen lock-nya. Belum ada pola lock key seperti ini. Anda cukup menggeser lock icon ke empat pilihan arah, untuk short cut ke menu yang Anda cari. Setelah itu, pengguna dihadapkan ke tampilan seperti sebuah ponsel Android lagi. Homescreen atau dashboard yang berjejal aneka ragam menu. Proses berpindah dari satu kelompok menu ke kelompok menu lain, cukup dengan menggeser saja. Tujuh homescreen disediakan.

Ada beberapa ciri yang masih ditetapkan layaknya ponsel lokal. Misalnya dual SIM dengan jaringan GSM (sampai jaringan EDGE), juga menu-menu hiburan semacam radio FM, pemutar audio dan video, juga kamera. Mito Mobile telah pula memastikan beberapa akses shortcut ke situs berita seperti Kompas.com untuk melengkapi kebutuhan pengguna lainnya. Sehingga Anda tak perlu lagi masuk ke browser, meski Opera Mini telah disediakan pula.

Kebutuhan media sosial difasilitasi oleh akses singkat seperti Facebook dan Twitter. Model dual SIM stand by setidaknya membuat pengguna dapat mengatur pilihan untuk pemakaian fungsi telefoni dan internet bergerak. Apalagi, operator pun berlomba menawarkan tarif internet murah. Maka Anda pun dapat memisahkan antara kedua fungsi tadi.

Belum banyak produk lokal yang sangat memperhatikan beberapa hal di atas. Hadirnya Mito 6100 setidaknya menguburkan kesan ponsel lokal yang hadir apa adanya. Boleh produk lokal, tapi penampilannya "interlokal". (*)

Linux 3.3, Awal "Rujuk" Linux dan Android




Sistem operasi Linux dan Android memiliki garis keturunan yang sama. Dalam hal ini, Android merupakan penerapan dari kernel Linux.

Namun, penerapan Android itu dinilai oleh banyak pihak sudah cukup jauh berbeda dibandingkan Linux utama (mainline).

Upaya untuk menggabungkan kode Android dengan Linux pun seakan tak berhasil. Akibatnya, sudah cukup lama keduanya bagai "tak akur".

Pengembangan Android seakan berjalan sendiri terlepas dari pengembangan Linux utama, kejadian yang akrab disebut dengan istilah "forking" alias pencabangan.

Agaknya, jarak antara Linux dan Android akan semakin dekat. Hal ini mulai terwujud melalui Linux 3.3 (angka 3.3 merujuk pada nomor versi kernel).

Linus Torvalds telah mengumumkan release Linux 3.3 pada 18 Maret 2012 waktu setempat. Dalam pengumumannya, Linus memang tidak menyebut secara langsung soal Android ini.

Namun di KernelNewbies.org, penjelasan soal mulai bergabungnya kode dari Android ke Linux jadi hal pertama yang digarisbawahi.

"Sudah lama, kode dari proyek Android tidak digabungkan balik ke Linux karena adanya ketidaksepakatan antara pengembang kedua proyek itu. Untungnya, setelah beberapa tahun, perbedaan itu mulai diluruskan," sebut KernelNewbies.org.

Diyakini, hal ini akan berdampak baik bagi pengembangan kedua sistem operasi yang "bersaudara" itu. Pengembang Android, komunitas modder hingga distro Linux diyakini akan diuntungkan.

Salah satu kemungkinan yang terbuka adalah: distro Linux seperti Ubuntu bisa membuka dukungan untuk menjalankan aplikasi Android dalam paket yang mereka luncurkan.

TV Digital, Indonesia Tertinggal dari Malaysia


Indonesia dinilai harus segera menerapkan siaran televisi digital. Negara-negara lain di dunia sudah mulai melakukan itu, bahkan di kawasan Asia Tenggara.

"Sebagai perbandingan, hampir lebih dari 85 persen wilayah dunia sudah mulai mengimplementasikan televisi digital. Indonesia juga harus segera," kata Menteri Komunikasi dan Informatika, Tifatul Sembiring, di Jakarta, Rabu (7/3/2012).

Amerika Serikat, sebut Tifatul, telah menerapkan televisi digital sejak Juni 2009, Jepang pada Juli 2011 dan Korea Selatan baru pada Desember 2012 mendatang.

Di tahun ini pula, negara RRC (China) dan Inggris Raya juga akan mengaplikasikan televisi digital, khususnya pada Oktober 2012 mendatang.

Sementara Brunei Darussalam baru pada Juni 2014, Malaysia Desember 2015, serta Singapura, Thailand dan Filipina juga serentak pada 2015.

"Indonesia baru bisa menerapkan televisi digital secara penuh pada 2018. Disusul Vietnam pada 2020," tambahnya.

Tidak tinggal diam

Kendati demikian, pemerintah mengaku tidak tinggal diam. Bahkan pemerintah mengklaim bahwa persiapan menuju era digitalisasi sudah dilakukan sejak tahun 2007 melalui penetapan standar DVB-T.

Pemerintah menganggap rencana penyelenggaraan televisi digital tersebut harus dimulai di 2012. Agar bisa memenuhi target yang diinginkan: migrasi total ke digital pada 2018.

International Telecommunication Union (ITU) atau otoritas telekomunikasi internasional melalui the Geneva 2006 Frequency Plan (GE06) Agreement telah memberi batas akhir (deadline) agar, paling lambat 17 Juni 2015, seluruh lembaga penyiaran beralih ke digital.

"Setiap negara memiliki pilihan masing-masing, jangka waktunya adalah hak masing-masing, namun tidak mungkin terlalu lama untuk tidak memasuki era digital," kata Tifatul.

Di Indonesia Tifatul mengatakan, tahap penyelenggaraan televisi digital adalah sebagai berikut:

Tahun 2012: seluruh Jawa dan Kepulauan Riau.
Tahun 2013: ditambah Sumatera Utara dan Kalimantan Timur.
Tahun 2014: ditambah seluruh Sumatera.
Tahun 2015: ditambah Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Kalimantan tengah dan Barat.
Tahun 2016: ditambah Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat dan Sulawesi Tenggara.
Tahun 2017: ditambah seluruh Maluku dan seluruh Papua.
Tahun 2018: analog switch off dan berubah total secara nasional menjadi digital.